Saturday, November 21, 2009

Merak Merah Sahabatku

Sabtu siang
kami bercengkrama bersama.
Meniru pipit-pipit bergosip.
Meniru semut-semut bernostalgia.

Sahabatku
memikirkan merak merahnya.
Merak merah jeleknya,
Merak merahnya yang tak bisa terkatup.

Matanya hampir menangis
Memikirkan merak merahnya.

Kami di kafe barat.
Bercengkrama.
Bungkam.

Aku pesan kopi lagi.
ia belum habiskan kopi pertamanya.
Otaknya hampir busuk
memikirkan merak merahnya

kami pulang
ia menangis.
Merak merah sahabatku mati.
      Kopinya bersisa.

0 comments:

Post a Comment